Arsip Blog

Rabu, 28 Maret 2018

Menikmati ujian dari Allah SWT




Ujian adalah sebuah kata yang terkadang bagi sebagian kita sangat menakutkan. Padahal ujian akan diberikan kepada semua hamba yang baik dan beriman maupun yang tidak. Allah ingin mengetahui siapakah hamba-hambaNya yang sungguh beriman kepadaNya. Melalui ujian ini Allah akan memilih hambanya yang benar-benar bertaqwa.

Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : Kami telah beriman, “sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. QS Al Ankabut 29 : 2 – 3

“Janganlah kau bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman”. QS Al Imran 3 : 139

“Dan janganlah kamu berputus asa dari Rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari Rahmat Allah melainkan kaum yang kafir”. QS Yusuf 12 : 88

Sungguh sebenarnya membicarakan masalah ini sangat berat. Namun renungan ini pula yang dapat menjadi pengingat di kala lemah. Semoga kita dapat saling mengingatkan disaat kita mengalami ujian/teguran dari Allah. Sebagai orang yang beriman tentunya kita tidak boleh takut menghadapi ujian. Karena dengan ujian dapat menjadikan kita sebagai pribadi yang tangguh seperti Rasulullah. Allah memberikan ujian kenikmatan berupa harta, jabatan, anak, pekerjaan, pertemanan, maupun kesusahan.

Namun kita sering terlena, ketika kita mendapat ujian berupa kesenangan dan merasa Allah tidak adil ketika kita mendapat kesusahan. Padahal ujian kesenangan lebih sulit daripada ujian dalam bentuk kesusahan.

“… Boleh kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedang kamu tidak”. QS Al Baqarah 2 : 216

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. QS Al Baqarah 2 : 286

Pada saat ujian menimpa kita seringkali kita merasa depresi, kecewa, frustrasi, stress menghampiri kita. Kadang kita merasa Allah tidak sayang pada kita. Sering kali kita melihat orang lain hidup jauh lebih bahagia, lebih disayang olah Allah dengan berlimpahnya harta / materi yang mereka miliki.

Namun Allah berfirman akan mengangkat derajat kita kalau kita sabar dalam menghadapi ujian yang diberikanNya.

Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya maka dia dahulukan hukuman di dunia agar terhapus dosa-dosanya dan apabila Dia menghendaki keburukan pada hambaNya maka Dia akan membiarkannya dengan dosa-dosa sehingga dosa-dosa tersebut dibalas pada hari kiamat. HR Tarmidzi

Tiada bekal yang lebih baik selain iman, sabar, dan ikhlas dalam menghadapi ujian dari Allah. Dengan bekal itulah Insya Allah kita mampu melewati ujian dengan sempurna.

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. QS Al Imran 3 : 200

Mohonlah pertolongan Allah melalui doa-doa yang kita panjatkan karena hanya kepadaNya-lah kita bergantung.

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”. QS Al Baqarah 2 : 45

Setelah kita melewati ujian, maka akan terasa nikmatnya ujian yang Allah berikan. Pasrah dan ikhlas adalah pengalaman spiritual yang tak ternilai harganya. Pengalaman yang tidak kita dapatkan dibangku formal, hanya dengan ujian dariNya yang menambah kecintaan kita kepada Allah Sang pemilik hidup.

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui”. QS At Taubah 9 : 11

“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah : “Cukuplah Allah bagiku ;  tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung “. QS At Taubah 9 : 129

Jadilah akhirat dan bertemu dengan Allah sebagai Visi, amal dan imanlah yang harus kita siapkan, beratkah timbangannya?

Janganlah kita berprinsip pada sesuatu yang labil, apapun itu karena akan menghasilkan sesuatu yang labil pula, berprinsiplah pada sesuatu yang abadi, maka akan membawa kita kepada kebahagiaan yang hakiki. Dialah Allah yang abadi.

Perbuatan kita meninggalkan bekas, jika menjadi inspirasi kebaikan bagi yang lain, itu akan menjadi kebaikan bagi kita. Namun akan jadi beban bila terjadi yang sebaliknya. Untuk orang yang proses berhijrah, berhati-hatilah dengan kalimat diatas. Orang kebanyakan tidak mendengarkan kata-kata kita, tetapi mereka mereka akan lihat dengan apa yang kita perbuat. Sekali kita melakukan kesalahan pada masa hijrah kita, orang tidak akan percaya. Dan ini yang terjadi pada masyarakat kita yang mudah memberikan label pada seseorang. Label yang sebetulnya mereka lihat secara visual bijaksanalah dalam bertindak, jangan karena kita sudah berhijab, kita merasa benar dan paling pintar.

Berusahalah melihat kesalahan kita, karena itu akan membantu kita untuk lebih ikhlas, lebih bijaksana, lebih terpacu untuk belajar dan belajar, karena kita merasa salah. Jika kita selalu merasa paling benar, pintar, suatu saat kita akan terjebak dalam situasi ini.

Mudah-mudahan dapat memberikan inspirasi untuk teman yang sedang mengalami, ataupun nanti bila mengalami ujian atau musibah. Awalnya kita tidak terima, tapi kita adalah golongan orang-orang yang berpikir, maka kita akan merasakan nikmatnya ujian, kita akan lebih dekat dengan-Nya. Saat-saat yang dinanti pada saat sholat kita bersujud menangis mohon ampunan-Nya. Disinilah kita merasa nikmatnya ujian untuk orang-orang yang berpikir.

Senin, 26 Maret 2018

Sholat Hajat ( Memahami Kehadiran Allah sbg Maha Pemberi Solusi )


Dalam perjalanan hidup, kita seringkali menemukan berbagai masalah, hambatan dan rintangan yang membuat hidup menjadi terasa lebih menyulitkan. Sebuah keadaan yang hampir pasti senantiasa dan harus hadir dalam setiap kehidupan. Saat itulah kita disunnahkan untuk melaksanakan sholat hajat.
Mari kita bersama mempelajari tentang sholat hajat, beserta dengan doa, hikmah dan dalil-dalil yang mendasarinya.

Memahami Kehadiran Allah sebagai Maha Pemberi Solusi
Memahami Kehadiran Allah sebagai Maha Pemberi Solusi

Allah telah mensifati manusia sebagai makhluk yang lemah, yang senantiasa membutuhkan pertolongan dan bantuan. Sementara itu Allah sendiri hadir sebagai Zat Maha Penolong dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Allah juga Maha Mengetahui, sehingga sejatinya Dia telah mengetahui berbagai masalah dan keadaan yang menghimpit kita. Dengan sifat Maha Tahu-nya Allah tersebutlah kita memohon bantuan dan pertolongan atas berbagai masalah yang kita hadapi.
Allah SWT berfirman,

وَإِذَاسَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ  ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran.” (Q.S. Al Baqoroh : 186)

وَقالَ رَبُّكُمُ ادعوني أَستَجِب لَكُم ۚ إِنَّ الَّذينَ يَستَكبِرونَ عَن عِبادَتي سَيَدخُلونَ جَهَنَّمَ داخِرينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Ghafir : 60)

Dalam dua ayat Al Qur’an diatas diketahui jika Allah telah menghadirkan solusi untuk berbagai masalah dan berbagai kebutuhan yang kita miliki, yaitu dengan do’a. Allah hadir selain dari Yang Maha Pengabul Do’a dan ditegaskan pula dengan penegasan jaminan bahwa do’a tersebut pasti akan dikabulkan.

Allah pun telah menghadirkan Rasulullah SAW sebagai penyampai syariat terbaik bagi umat manusia. Segala keteladanan dalam beragama ada dalam diri beliau, mulai dari tata cara ibadah, akhlak-akhlak dalam kehidupan hingga dalam tata cara berdo’a.

Allah telah menjadikan Islam sebagai agama yang sempurna, dengan kehadiranNya, firmanNya dan penyampai risalah serta keteladanan akan kebenaran menjadikan kehidupan kita menjadi lebih terarah. Maka patutlah kita bersyukur, karena Allah telah memberikan kita hidayah dan taufiq sebagai seorang muslim.

Cara Terbaik adalah yang Rasulullah Contohkan
Dalam pembahasan diatas, sedikitnya kita telah mengetahui jika Rasulullah SAW adalah sosok insan yang membawa keteladanan terbaik bagi umat Islam. Kehadirannya adalah syariat, setiap ucapan dan tindakannya adalah tuntunan dan kita tentu mengenalnya dengan istilah Sunnah.
Allah SWT berfirman,

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (Q.S. Al-Kahfi : 110)

Ayat ini menunjukan jika sosok Rasulullah adalah sosok yang ideal untuk diteladani dan diikuti. Hal ini disebabkan karena beliau pada dasarnya adalah sosok manusia biasa, yang sebagaimana manusia pada umumnya pernah merasakan sedih, bahagia, salah, lupa dan sifat manusiawi lainnya. Pendekatan ini pada akhirnya menjadikan sosok Rasulullah sebagai sosok yang ideal dan patut diikuti oleh manusia mana pun dan kalangan apa pun.

Salah satu dari sekian banyak sunnah yang telah beliau contohkan adalah tata cara berdo’a dikala memiliki kebutuhan dan ketika menghadapi permasalahan.

أَنَّ رَجُلاً ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ فَقَالَ: ادْعُ اللهَ لِي أَنْ يُعَافِيَنِي. فَقَالَ: إِنْ شِئْتَ أَخَّرْتُ لَكَ وَهُوَ خَيْرٌ وَإِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ. فَقَالَ: ادْعُهْ. فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

“Seorang buta datang kepada Nabi SAW lalu mengatakan,” Berdo’alah engkau kepada Allah untukku agar menyembuhkanku.” Beliau SAW mengatakan,”Apabila engkau mau, aku akan menundanya untukmu (di akhirat) dan itu lebih baik. Namun, apabila engkau mau, aku akan mendo’akanmu.” Orang itu pun mengatakan,”Do’akanlah.” Nabi SAW lalu menyuruhnya untuk berwudhu dan memperbagus wudhunya serta shalat dua rakaat kemudian berdo’a dengan do’a ini,”Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafa’atnya untukku.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Mengenal Sholat Hajat

Dari penjelasan diatas, kita bisa mengetahui mengenai dalil disunnahkannya sholat hajat. Meski Rasulullah tidak secara gamblang memberikan nama shalat hajat pada pelaksanaan shalat tersebut, akan tetapi para ulama sepakat jika shalat yang dimaksud adalah shalat hajat.

Shalat hajat adalah shalat yang dilakukan oleh seorang muslim saat memiliki hajat tertentu dan ingin dikabulkan. Shalat hajat dicontohkan Rasulullah SAW sehingga dasar hukum sunnah dan penganjurannya pun memiliki kekuatan yang juga disepakati oleh para ulama.

Nah disini kita bisa mengetahui setidaknya dua hal penting yang berkaitan dengan sholat hajat, yaitu motivasi yang melatar belakangi dilaksanakannya sholat hajat dan waktu yang tepat untuk dilaksanakannya sholat hajat.

Yang Melatar Belakangi Dilaksanakannya Sholat Hajat

Hajat sendiri memiliki makna kebutuhan, dengan demikian secara harfiyah sholat hajat berarti sholat untuk meminta kepada Allah untuk memenuhi segala hal yang kita saat itu butuhkan. Dari pengertian ini maka kita bisa mengambil kesimpulan, jika shalat hajat dilaksanakan ketika kita menghadapi berbagai kebutuhan dan tengah menghadapi masalah serta membutuhkan pertolonganNya.

Dalam penjelasan sebelumnya pun, kita mengetahui jika hadits yang dikutip menceritakan tentang seorang yang buta, yang meminta didoakan oleh Rasulullah SAW. Maka seketika Rasulullah SAW menganjurkannya untuk berwudhu dengan wudhu yang terbaik dan melaksanakan shalat dua rakaat, Sementara di hadits yang lain disebutkan dengan lebih jelas jika shalat hajat dilaksanakan ketika ada kebutuhan. Kutipan hadist tersebut adalah, “Barang siapa yang mempunyai kebutuhan kepada Allah atau kepada seseorang dari bani Adam, maka berwudhulah dan perbaikilah wudhunya kemudian shalatlah dua rakaat.”

Di hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang berwudhu dan sempurna wudhunya, kemudian shalat dua rakaat dan sempurna rakaatnya, maka Allah berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat.” (HR. Ahmad)

Waktu yang Tepat untuk Melaksanakan Sholat Hajat

Berikutnya maka timbul pertanyaan lain, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan sholat hajat ? Diperhatikan dari berbagai hadist yang telah dikemukakan diatas, maka secara umum sebenarnya tidak ada batasan waktu untuk melaksanakan shalat hajat tersebut.

Pelaksanaan shalat hajat yang tidak memiliki batasan waktu tersebut, mengikuti sebab yang melatar belakangi dilaksanakannya shalat hajat tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui, terkadang beberapa kebutuhan dan permasalahan datang secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan tempat.

Dari beberapa hadist yang dikemukakan diatas pun, diketahui jika Rasulullah SAW langsung menyuruh berwudhu dan melaksanakan shalat ketika para sahabatnya menghadapi hajat. Hal ini menunjukan jika memang shalat hajat tidak terikat oleh batasan waktu tertentu.

Akan tetapi, harap diperhatikan juga pada waktu-waktu yang terlarang untuk melaksanakan sholat. Beberapa waktu terlarang dalam melaksanakan sholat diantaranya pada waktu setelah shalat ashar dan setelah shalat shubuh hingga menjelang syuruq.

Tata Cara Sholat Hajat

Setelah kita mengenal sholat hajat dan memahami latar belakang untuk melaksanakannya, maka kita harus mengetahui tata cara pelaksanaan sholat hajat yang sesuai dengan yang Rasulullah SAW contohkan.

Niat

Kaidah fiqih secara umum menyebutkan bahwa setiap amalan harus di awali dengan niat. Pun sama halnya dengan sholat hajat, tanpa niat pelaksanaan sholat hajat ini menjadi tertolak.

Pada dasarnya, semua niat bertempat di hati. Akan tetapi ada pula ulama yang berpendapat jika niat tersebut sunnah untuk di bacakan secara zahar (jelas) dengan lisan.

Niat di dalam hati adalah dengan cara menghadirkan keinginan dan kesiapan untuk melaksanakan sholat hajat. Sementara secara lisan, niat sholat hajat berbunyi,

USHOLLI SUNNATAL HAAJATI RAK’ATAINI LILLAHI TA’ALA

Artinya : Aku (niat) sholat sunat hajat 2 rakaat karena Allah ta’ala

Tata cara Shalat Hajat

Pada dasarnya tata cara sholat hajat sama saja dengan tata cara sholat pada umumnya. Sholat hajat dilaksanakan sebanyak minimal 2 rakaat dan paling banyak sebanyak 12 rakaat. Dengan salam setiap 2 rakaatnya.

Adapun bacaan surat yang harus di baca, pada hadits yang telah kita ketahui tidak ada surat khusus yang mesti dibaca. Artinya surat atau ayat apapun bisa kita baca di dalam sholat hajat. Meski demikian ada beberapa ulama yang memberikan pendapat, bahwa terdapat beberapa surat yang sunnah di baca ketika di dalam shalat hajat, seperti surat Al-Kafiruun di rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas di rakaat kedua.

Do’a Sholat Hajat

Doa Shalat Hajat 1

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafa’atnya untukku.”

Doa Shalat Hajat 2

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لاَ تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

“Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah yang Maha Penyantun dan Mahamulia, Mahasuci Allah Rabb Arsy yang agung, segala puji millik Allah Rabb sekalian alam, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang menyebabkan datangnya rahmat-Mu, dan yang menyebabkan ampunan-Mu serta keuntungan dari tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau tinggalkan pada diriku dosa kecuali Engkau ampuni, kegundahan melainkan Engkau berikan jalan keluarnya, tidak pula suatu kebutuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang.”

Amalan Lain untuk Kesempurnaan Shalat Hajat

Untuk menyempurnakan amalan Shalat Hajat hendaknya disertai dengan amalan-amalan lainnya. Berikut ini adalah beberapa amalan yang juga bisa mempercepat dikabulkannya doa.

Wudhu yang Sempurna

Dalam hadist dengan jelas disebutkan jika sebelum melaksanakan sholat hajat, hendaklah berwudhu terlebih dahulu dengan wudhu yang terbaik. Bahkan bisa jadi wudhu terbaik dan sholat hajat 2 rakaat adalah satu paket amalan yang tidak bisa saling melepaskan. Karena itu, hendaknya kita mengerjakan wudhu sebaik mungkin sebelum melaksanakan shalat hajat tersebut.

Selain itu, hal ini bisa menjadi bahan perenungan bagi kita, apakah wudhu yang selama ini kita kerjakan sudah baik dan benar? Seringkali kita mengabaikan amalan-amalan yang bersifat rutinitas sehingga hilang makna sejati yang terkandung di dalamnya, contohnya seperti wudhu ini. Secara tidak langsung, Rasulullah seperti ingin menyampaikan bisa jadi tidak terpenuhinya berbagai kebutuhan kita disebabkan karena, kita lalai dalam beribadah dengan contoh wudhu yang tidak sempurna. Wallahu a’lam

Memperbanyak Baca Istighfar

Kalimat istighfar adalah kalimat permohonan ampun kita sebagai hamba kepada Allah, atas berbagai dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Sejatinya, manusia memang tidak luput dari berbagai kesalahan baik itu disengaja atau pun tidak. Karenanya, Rasulullah memberikan keteladanan dengan membaca setiap hari sebanyak 70 kali.

Rasulullah SAW saja yang sudah terjamin akan ampunanNya, masih membaca istighfar setiap sebanyak 70 kali. Rasanya kita sebagai manusia biasa harus lebih banyak dalam membaca istighfar, sebagai bentuk pertaubatan atas berbagai kesalahan dan berharap ampunan di hari kiamat nanti.
Disamping itu, kalimat istighfar ini adalah solusi jika kita merasa tak berkucupan akibat rizki yang kurang. Sebuah hadist mengatakan, Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang hamba bisa tertahan rezkinya karena dosa yang dilakukannya.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah)

Memperbanyak Tilawah

Al Qur’an adalah kalamNya, sebuah tuntunan dan pedoman yang secara khusus diturunkan untuk umat manusia. Sebagai mukjizat terbesar sepanjang masa, Al Qur’an sudah barang tentu mampu menjadi solusi atas berbagai masalah yang dihadapi umat.

Selain bertilawah, sempatkan juga untuk membaca terjemahan dan mentadabburinya. Insya Allah dengan manisnya iman, kita bisa menemukan solusi atas berbagai permasalahan yang kita hadapi.

Memperbanyak sedekah

Sedekah adalah sebuah amalan yang bisa dikategorikan amalan paling mudah. Sedekah tidak memiliki batasan, hanya berasal dari niatan baik pun sudah termasuk dalam sedekah. Dari mulai sekedar senyum, membuang duri di jalan hingga mengeluarkan harta di JalanNya (Infaq).

Ada banyak hadist yang menjelaskan tentang berbagai keutamaan sedekah, diantaranya,
Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain. (HR. Ahmad)

Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh. (HR. Al-Baihaqi)
Allah Tabaraka wata’ala berfirman (di dalam hadits Qudsi): “Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (HR. Muslim)

Dan masih banyak lagi. Insya Allah setelah melaksanakan sholat hajat lantas disertai dengan bersedekah maka segala hajat kita akan segera lekas terkabul.

Hikmah Dibalik Sholat Hajat

Setelah kita melaksanakan sholat hajat, maka yang harus kita periksa kembali adalah tingkat keimanan yang kita miliki. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, maka sejatinya Allah pun tahu permasalahan apa sebenarnya tengah kita hadapi dan Allah tahu solusi terbaik apa yang tepat untuk kita.

Dengan demikian, mungkin timbul pertanyaan lantas kenapa mesti repot-repot sholat hajat? Toh sebenarnya Allah sudah tahu juga. Nah, sholat hajat ini adalah sebagai bentuk keseriusan kita dalam membuktikan bahwa kita benar-benar butuh Allah SWT.

Sholat hajat dan do’a juga sebagai bentuk pengakuan, bahwa sebenarnya kita adalah manusia yang serba memiliki keterbatasan. Tanpa pertolongan Allah, kita amatlah lemah dan hina. Sementara itu, kita mengakui bahwa Allah Maha Berkuasa, Maha Tinggi dan Maha penolong serta Maha Mengabulkan do’a.

Ini penting, sebab sebagai makhluk yang diperintahkan beribadah kepadaNya, kita tidak diperbolehkan memiliki sifat sombong sekecil apapun. Merasa diri sanggup menyelesaikan berbagai masalah dan merasa sanggup memenuhi berbagai kebutuhan tanpa meminta pertolongan Allah pun sudah masuk dalam kategori sombong.





Jumat, 23 Maret 2018

Mengenal Walisongo (1)


Walisongo” Berarti sembilan orang wali” Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.

1. Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi

Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad SAW.

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.

Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

2. Sunan Ampel

Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)

Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.

Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.

Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

3. Sunan Giri

Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).

Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.

Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri.

Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.

Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.

Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.




Mengenal Walisongo (2)

4. Sunan Bonang
Sunan Bonang merupakan salah seorang Sunan yang termasuk dalam 9 nama-nama Sunan Wali Songo. Dalam sejarah Wali Songo, Sunan Bonang merupakan salah satu tokoh Wali Songo yang dalam ajarannya beliau menyampaikan “Jangan bertanya, Jangan memuja nabi dan wali-wali, jangan mengaku Tuhan. Jangan mengira tidak ada padahal ada, sebaiknya diam, jangan sampai di goncang kebingungan.
  • Nama Asli Sunan Bonang: Maulana Makdum Ibrahim.
  • Wilayah Dakwah Sunan Bonang: Tuban, Jawa Timur.
  • Peninggalan Sunan Bonang: Alat musik tradisional gamelan yang berisi bonang, bende dan kenong. Juga perkenalkan gapura yang berarsitektur tema islam.
  • Tahun Wafatnya: 1525 M.
  • Makam Sunan Bonang: Tuban, Jawa Timur.
Menurut sejarah Wali Songo Sunan Bonang yang memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim adalah putra dari pasangan Sunan Ampel dan Dewi Condrowati. Sesudahtelah ayahnya Sunan Ampel wafat Sunan Bonang mengambil keputusan untuk belajar agama di Malaka yang berada di wilayah Samudra Pasai.

Di tempat itu Sunan Bonang berguru dan belajar dari Sunan Giri yang memiliki ilmu khusus dalam tata cara dakwah mengajarkan agama Islam yang dapat membuat banyak masyarakat tertarik hatinya. Kemudian sesudah selesai menimba ilmu di sana Beliau kembali lagi ke Tuban.

Sesampainya di Tuban Sunan Bonang mendirikan sebuah pondok pesantren di tanah kelahiran ibunya tersebut. Karena karakteristik masyarakat Tuban yang sangat menyukai hiburan. Maka dari itu Sunan Bonang pun mempunyai ide untuk membuat alat musik gamelan untuk menarik minat masyarakat Tuban.

Agar banyak masyarakat yang tertarik untuk belajar agama Islam. Sehingga di saat Sunan Bonang mengadakan pertunjukan gamelan, di sela-selanya ia melakukan dakwah.

5. Sunan Kalijaga

Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.

  • Nama Asli Sunan Kalijaga: Raden Said.
  • Wilayah Dakwah Sunan Kalijaga: Demak dan daerah sekitarnya.
  • Peninggalan Sunan Kalijaga: Seni ukir, wayang, gamelan dan suluk.
  • Tahun Wafatnya Sunan: 1513 M.
  • Makam Sunan Kalijaga: Desa Kadilangu, Demak Bintara, Jawa Barat.
Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu - Selatan Demak.

6. Sunan Gunung Jati

Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).

Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.

Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.

Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.

Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.

Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.

Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

7. Sunan Drajat

Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan.

Sunan Drajat merupakan salah seorang Sunan yang termasuk dalam 9 nama-nama Sunan Wali Songo. Menurut sejarah Walisongo ajaran yang sering disampaikan oleh Sunan Drajat adalah kepada murid-muridnya adalah “Suluk Petuah”. Di dalamnya terdapat beberapa buah pesan yang bisa ditanamkan di dalam diri setiap manusia.

  • Nama Asli Sunan Drajat: Raden Qosim
  • Wilayah Dakwah Sunan Drajat: Desa Jelog, Pesisir Banjarwati, Lamongan.
  • Peninggalan Sunan Drajat: Gamelan singa mangkok.
  • Tahun Wafatnya: 1522 M.
  • Makam Sunan Drajat: Paciran, Lamongan.
“berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang’. Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.
8. Sunan Kudus

Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang. 

Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.

Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.

9. Sunan Muria

Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus.Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.

Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.

Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.