BERIKUT RAMBU-RAMBU IKHTIAR DALAM ISLAM
1. Keikhlasan Niat Saja Tidak Cukup
Banyak orang bilang dalam
berusaha yang penting niatnya baik, apapun yang kita lakukan harus diikuti niat
yang ikhlas. Memang Rasulullah sendiri telah menyatakan dalam satu
haditsnya,
“‘Sesungguhnya amal perbuatan itu
tergantung pada niatnya. ” (HR.Bukhari-Muslim). Tapi dalam hadits yang lain
Rasulullah juga menyatakan, “Barangsiapa mengerjakan suatu amalan (perbuatan)
yang bukan berdasarkan perintah kami, maka ia tertolak. ” (HR. Muslim).
Jadi, agar perbuatan baik atau
ikhtiar kita diterima oleh Allah dan mendapatkan pahala dari-Nya, harus
memenuhi dua syarat mutlak. Yaitu niat yang ikhlas dan sesuai dengan syariat
Islam. Niat yang ikhlas saja tidak cukup, bila kita ingin apa yang kita
ikhtiarkan diterima oleh Allah dan diridhoi-Nya. Begitu juga cara kita
berikhtiar, walaupun sudah sesuai dengan syariat Islam, tapi tidak disertai
niat yang ikhlas dalam melaksanakannya, niscaya Allah akan menolaknya.
Pergi ke dukun untuk mencari
solusi dari segala macam permasalahan yang kita hadapi, bukanlah termasuk usaha
yang dibenarkan oleh syariat Islam, kendati pun kita niatkan dengan niat yang
setulus-tulusnya dan seikhlas-ikhlasnya. Karena kedatangan kita ke tempat
praktik perdukunan itu sendiri telah melanggar syariat Islam. Keikhlasan niat
atau baiknya tujuan tidak akan merubah suatu yang maksiat menjadi ibadah, atau
suatu yang haram menjadi halal. Karena Rasulullah telah melarang kita untuk
mendatangi dukun, “Janganlah kalian mendatangi dukun”. (HR. Bukhari).
Larangan ini disampaikan
Rasulullah untuk memberitahukan kepada umatnya, bahwa berikhtiar melalui dukun
bukanlah termasuk ikhtiar yang dibenarkan alias haram hukumnya. Dalam riwayat
lain, lebih keras lagi Rasulullah mengancam mereka yang memanfaatkan jasa
perdukunan, “Barangsiapa yang mendatangi dukun, lalu membenarkan apa yang
mereka katakan, maka ia telah inkar (kufur) terhadap apa telah diturunkan
kepada Nabi Muhammad (al-Qur’an dan al-Hadits).” (HR.Ahmad dan dishahihkan oleh
al-Alban).
2. Bersih dari Kesyirikan
Orang yang mati dalam keadaan
musyrik dan belum bertaubat, maka Allah tidak akan mengampuni dosanya dan
mengharamkan baginya untuk masuk Surga. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selainnya bagi siapa
saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, berarti
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An-Nisa’: 48). Dalam ayat yang lain
Allah berfirman, ” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, niscaya Allah mengharamkan baginya Surga dan tempat baginya adalah
Neraka.” (Al-Maidah: 72).
Pergi ke dukun untuk mendapatkan
jalan keluar dari berbagai macam problema kehidupan, berarti melakukan ikhtiar
yang mengandung syirik. Walaupun kita tetap berkeyakinan bahwa hanya Allah
sebagai Penolong atau Penyembuh. Karena kenyataannya, tidaklah para dukun itu
memberikan solusi kepada pasiennya, kecuali telah melakukan ritual yang
mengandung syirik atau solusi yang ditawarkan itu sendiri bermuatan syirik.
Dengan begitu berarti kita secara sadar atau tidak, telah bersekongkol dengan
mereka untuk melakukan kesyirikan. Bahkan orang yang minta bantuan dukun itu
sendiri juga sebagai pelaku kesyirikan.
Misalnya, pasien tersebut diajak
ikut serta mengikuti ritual dan di dalamnya ada mantra syirik yang harus dibaca,
atau disuruh oleh dukun tersebut untuk melakukan ritual sendiri. Seperti mandi
air kembang tujuh rupa atau diruwat untuk menghilangkan sial. Atau “hanya”
sekadar beli jimat, rajah dan pusaka ‘keramat’ untuk dipasang di rumah, kantor,
tempat usaha atau di dompet untuk dibawa kemana saja dia pergi. Itulah bentuk
kesyirikan yang biasanya dilakukan oleh orang yang minta bantuan dukun. Orang
yang telah melakukan tindakan tersebut kalau tidak segera bertaubat pasti akan
merugi. Jika mati, niscaya kematiannya merupakan pintu gerbang baginya untuk
masuk neraka, na ‘udzu billahi.
3. Tidak Mengandung Unsur
Haram
Sesuatu yang haram adalah momok
bagi seorang muslim, kalau berupa makanan, dikhawatirkan dari makanan yang
haram tersebut tumbuh menjadi daging. Daging yang tumbuh dari barang haram akan
dipanggang di neraka. Doa yang dipanjatkan tidak pernah didengar Allah.,
“Makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan perutnya
dikenyangkan dengan konsumsi haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan. ”
(HR. Muslim).
Dalam masalah berobat dan mencari
kesembuhan juga begitu, kita harus menjauhi hal-hal yang diharamkan. Rasulullah
bersabda “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, dan telah
menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian, tapi
janganlah berobat dengan suatu yang diharamkan. ” (HR. Abu Daud). Pergi ke
dukun untuk berobat atau mencari solusi dari permasalahan yang kita hadapi,
adalah merupakan upaya yang haram, karena Rasulullah telah melarangnya.
4. Jangan Melalaikan Allah
Abu Khuzamah berkata, “Wahai
Rasulullah, Apa pendapat Anda tentang ruqyah untuk mengobati penyakit, obat
yang kita pakai untuk mengobati penyakit dan ketaqwaan kepada Allah yang kita
lakukan. Apakah bisa menolak taqdir Allah (menyembuhkan penyakit)? Beliau
menjawab: Itu semua juga merupakan taqdir Allah. ” (HR. Tirmidzi).
Tiga ikhtiar yang dihalalkan
dalam hadits di atas. Pertama, ruqyah yang sudah dicontohkan Rasulullah adalah
upaya pengobatan yang bebas dari kesyirikan, sebagai pengganti dari upaya
pengobatan yang mengandung klenik dan mistik. Kedua, pengobatan medis untuk
berobat atau berkonsultasi atas kesehatan kita yang terganggu, juga merupakan
ikhtiar yang dibolehkan. Ketiga, ketaatan dan ketaqwaan kita kepada Allah juga sarana
yang tepat agar doa kita didengar oleh Allah, diberi solusi untuk mengatasi
setiap problema, serta diberi rizki yang halal dan berkah.
Ruqyah, berobat medis, bertaqwa
adalah ikhtiar yang dibolehkan dan diperintahkan. Kita hanya berusaha dengan
usaha yang tidak diharamkan. Adapun penyembuh dan penyelesai dari segala
masalah adalah Allah semata.
Ikhtiar harus dilakukan sekuat
tenaga. Tetapi tetap harus diperhatikan rambu-rambu Islam, jangan melalaikan
Allah atau melanggar syariatnya agar ikhtiar kita berhasil dan tidak sesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar