Arsip Blog

Selasa, 27 Februari 2018

Meneladani kerendahan hati Rasulullah

Rasulullah SAW sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Maulid Al-Barzanji, karya Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji, adalah sosok yang sangat rendah hati atau tawadhu’. Hal ini dapat ditemukan pada halaman 123 sebagaimana kutipan berikut:

وَكَانَ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَدِيْدَ اْلحَيَاءِوَالتَّوَاضُعِ

Artinya: "Rasulullah SAW adalah sangat pemalu (memiliki rasa malu dan rasa bersalah) dan sangat tawadhu’." 
Kerendahan hati Rasulullah SAW tercermin dalam banyak hal, antara lain adalah: 1. Ketika pada suatu hari beliau tidak besedia barang belanjaannya di pasar dibawakan pulang oleh Abu Hurairah, 2. Ketika beliau mempersilakan para sabahat berjalan di depan mendahului beliau, dan 3. Ketika beliau mendahului beruluk salam ketika bertemu dengan para sahabat. 
Ketika pada suatu hari Rasulullah SAW membeli barang-barang di pasar, di sana ada Abu Hurairah yang juga sedang ada keperluan. Ketika Rasulullah SAW telah mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan dan hendak pulang, saat itu juga Abu Hurairah bermaksud membawakan barang-barang belanjaan milik beliau yang tentu saja dalam rangka memuliakan beliau. Rasulullah SAW ternyata tidak berkenan Abu Hurairah bermaksud seperti itu. Kepada Abu Hurairah, Rasulullah SAW mengatakan: 

صَاحِبُ الشَّيْءِ أَحَقُّ بِشَيْئِهِ أَنْ يَحْمِلَهُ

Artinya: "Pemilik sesuatu barang lebih berhak (pantas) membawa barang miliknya. "
Tidak berkenannya Rasulullah SAW terhadap Abu Hurairah membawakan barang-barang beliau menunjukkan bahwa beliau bukanlah sosok yang sangat suka dimuliakan orang lain, atau dalam istilah sekarang “gila hormat”. Beliau menolak ketika akan diperlakukan istimewa yang berbeda dari umumnya orang, padahal beliau adalah seorang nabi sekaligus rasul yang paling mulia diantara semua nabi dan rasul di sisi Allah. Penolakan itu menunjukkan bukti bahwa beliau memang orang yang sangat rendah hati sehingga tidak merasa martabatnya turun hanya karena membawa barang-barang sendiri, dan bukannya dibawakan orang lain.  
Bukti lain yang menunjukkan Rasulullah SAW tidak gila hormat adalah sebagaimana dikisahkan dalam kitab Maulid Al-Barzanji, halaman 123. sebagaimana kutipan berikut:

يَمْشِيْ خَلْفَ أَصْحَابِهِ وَيَقُوْلُ خَلُوْا ظَهْرِيْ لِلْمَلَائِكَةِ الرُّوْحَانِيَّةِ

Artinya: “Nabi Muhamamd SAW berjalan di belakang para sahabatnya, dan berkata pada mereka, ‘Biarkan di belakangku malaikat saja yang tidak kelihatan’.”
Dari kisah ini kita tahu para sahabat berjalan mendahului beliau sehingga mereka membelakangi. Rasulullah SAW tidak mencap kesediaan mereka mendahuli beliau sebagai su’ul adab.  Ketika para sahabat berjalan di depan beliau, kesan yang tampak kemudian Rasulullah SAW seperti tidak lebih penting atau terhornat dari pada para sahabat. Di sinilah kerendahan hati beliau yang sulit dibantah. 
Tetapi dari sisi lain dalam konteks keamanan, ada hikmah dibalik perisitiwa itu, yakni sebagai seseorang pemimpim beliau sedang memberikan contoh bahwa seorang pemimpin tidak selalu harus berada di depan terutama ketika ancaman musuh berasal dari belakang. Ancaman atau bahaya yang datangnya dari arah depan tentu dapat diintisipasi sendiri oleh para sahabat karena mata mereka (dan juga mata kita tentunya) berada di depan. 
Sedangkan kemungkinan adanya ancaman kepada Rasululullah SAW yang datangnya dari belakang, beliau memasrahkan hal itu kepada Allah semata dengan meyakini di belakang beliau ada malaikat yang sudah pasti sangat halus sehingga tidak tampak. 
Bukti lain lagi, adalah beliau lebih suka mendahului beruluk salam dari pada didahului sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Maulid Al-Barzanji, masih di halaman 123, sebagaimana kutipan berikut: 

وَيَبْدَؤُ مَنْ لَقِيَهُ بِالسَّلَامِ

Artinya: “Beliau mendahului beruluk salam ketika bertemu dengan siapapun.”
Kisah ini menunjukkan bahwa Rasululllah SAW lebih suka mendahului memuliakan orang lain. Padahal aturan secara umum sudah jelas sebagimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, bahwa:
1. Yang kecil memberi salam kepada yang besar.
2. Yang berjalan kepada yang duduk.
3. Yang sedikit kepada yang banyak.
4. Yang berkendaraan kepada yang berjalan kaki. 
Tetapi Rasulullah SAW pada kenyataannya lebih suka mendahului beruluk salam dari pada didahului. Padahal sewajarnya apabila Rasulullah didahului dalam beruluk salam dari pada mendahului karena posisi beliau sebagai pimpinan umat yang tentu lebih tinggi dari pada umatnya. 
Tetapi Rasulullah tentu saja tidak salah dalam hal ini karena pada kesempatan lain Rasulullah SAW bersabda bahwa mendahului uluk salam itu lebih baik dari pada didahului sebagaimana diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad. Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda bahwa mendahului beruluk salam dapat menghilangkan takabur. 
Dari ketiga bukti itu saja, sudah cukup kuat untuk menarik kesimpulan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat rendah hati sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Maulid Al-Barzanji ini. Bukti-bukti lain tentu masih sangat banyak baik sebagaimana dikisahkan dalam kitab ini maupun dalam kitab-kitab lainnya. 
Mudah-mudahan kita semua dapat meneladani Rasulullah SAW dalam hal kerendahan hati apapun kedudukan kita dalam kehidupan kita sehari-hari di masyarakat. Kerendahan hati tidak pernah membuat kita jadi rendah. Justru yang terjadi Allah akan mengangkat derajat kita di sisi-Nya. Sekali lagi, mudah-mudahan Allah SWT memudahkan kita meneladani beliau. Amin ya rabbal alamin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar