Rasulullah SAW sebagaimana
dikisahkan dalam Kitab Maulid Al-Barzanji, karya Syaikh Ja’far bin Husin bin
Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji, adalah sosok yang sangat rendah hati atau
tawadhu’. Hal ini dapat ditemukan pada halaman 123 sebagaimana kutipan berikut:
وَكَانَ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَدِيْدَ اْلحَيَاءِوَالتَّوَاضُعِ
Artinya: "Rasulullah SAW
adalah sangat pemalu (memiliki rasa malu dan rasa bersalah) dan sangat
tawadhu’."
Kerendahan hati Rasulullah SAW
tercermin dalam banyak hal, antara lain adalah: 1. Ketika pada suatu hari
beliau tidak besedia barang belanjaannya di pasar dibawakan pulang oleh Abu
Hurairah, 2. Ketika beliau mempersilakan para sabahat berjalan di depan
mendahului beliau, dan 3. Ketika beliau mendahului beruluk salam ketika bertemu
dengan para sahabat.
Ketika pada suatu hari Rasulullah
SAW membeli barang-barang di pasar, di sana ada Abu Hurairah yang juga sedang
ada keperluan. Ketika Rasulullah SAW telah mendapatkan barang-barang yang
dibutuhkan dan hendak pulang, saat itu juga Abu Hurairah bermaksud membawakan
barang-barang belanjaan milik beliau yang tentu saja dalam rangka memuliakan
beliau. Rasulullah SAW ternyata tidak berkenan Abu Hurairah bermaksud seperti
itu. Kepada Abu Hurairah, Rasulullah SAW mengatakan:
صَاحِبُ الشَّيْءِ أَحَقُّ بِشَيْئِهِ أَنْ يَحْمِلَهُ
Artinya: "Pemilik sesuatu
barang lebih berhak (pantas) membawa barang miliknya. "
Tidak berkenannya Rasulullah SAW
terhadap Abu Hurairah membawakan barang-barang beliau menunjukkan bahwa beliau
bukanlah sosok yang sangat suka dimuliakan orang lain, atau dalam istilah
sekarang “gila hormat”. Beliau menolak ketika akan diperlakukan istimewa yang
berbeda dari umumnya orang, padahal beliau adalah seorang nabi sekaligus rasul
yang paling mulia diantara semua nabi dan rasul di sisi Allah. Penolakan itu
menunjukkan bukti bahwa beliau memang orang yang sangat rendah hati sehingga
tidak merasa martabatnya turun hanya karena membawa barang-barang sendiri, dan
bukannya dibawakan orang lain.
Bukti lain yang menunjukkan
Rasulullah SAW tidak gila hormat adalah sebagaimana dikisahkan dalam kitab
Maulid Al-Barzanji, halaman 123. sebagaimana kutipan berikut:
يَمْشِيْ خَلْفَ أَصْحَابِهِ وَيَقُوْلُ خَلُوْا ظَهْرِيْ لِلْمَلَائِكَةِ الرُّوْحَانِيَّةِ
Artinya: “Nabi Muhamamd SAW
berjalan di belakang para sahabatnya, dan berkata pada mereka, ‘Biarkan di
belakangku malaikat saja yang tidak kelihatan’.”
Dari kisah ini kita tahu para
sahabat berjalan mendahului beliau sehingga mereka membelakangi. Rasulullah SAW
tidak mencap kesediaan mereka mendahuli beliau sebagai su’ul adab. Ketika
para sahabat berjalan di depan beliau, kesan yang tampak kemudian Rasulullah
SAW seperti tidak lebih penting atau terhornat dari pada para sahabat. Di
sinilah kerendahan hati beliau yang sulit dibantah.
Tetapi dari sisi lain dalam
konteks keamanan, ada hikmah dibalik perisitiwa itu, yakni sebagai seseorang
pemimpim beliau sedang memberikan contoh bahwa seorang pemimpin tidak selalu
harus berada di depan terutama ketika ancaman musuh berasal dari belakang.
Ancaman atau bahaya yang datangnya dari arah depan tentu dapat diintisipasi
sendiri oleh para sahabat karena mata mereka (dan juga mata kita tentunya)
berada di depan.
Sedangkan kemungkinan adanya
ancaman kepada Rasululullah SAW yang datangnya dari belakang, beliau
memasrahkan hal itu kepada Allah semata dengan meyakini di belakang beliau ada
malaikat yang sudah pasti sangat halus sehingga tidak tampak.
Bukti lain lagi, adalah beliau
lebih suka mendahului beruluk salam dari pada didahului sebagaimana dikisahkan
dalam Kitab Maulid Al-Barzanji, masih di halaman 123, sebagaimana kutipan
berikut:
وَيَبْدَؤُ مَنْ لَقِيَهُ بِالسَّلَامِ
Artinya: “Beliau mendahului
beruluk salam ketika bertemu dengan siapapun.”
Kisah ini menunjukkan bahwa
Rasululllah SAW lebih suka mendahului memuliakan orang lain. Padahal aturan
secara umum sudah jelas sebagimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim, bahwa:
1. Yang kecil memberi salam
kepada yang besar.
2. Yang berjalan kepada yang
duduk.
3. Yang sedikit kepada yang
banyak.
4. Yang berkendaraan kepada yang
berjalan kaki.
Tetapi Rasulullah SAW pada
kenyataannya lebih suka mendahului beruluk salam dari pada didahului. Padahal
sewajarnya apabila Rasulullah didahului dalam beruluk salam dari pada
mendahului karena posisi beliau sebagai pimpinan umat yang tentu lebih tinggi
dari pada umatnya.
Tetapi Rasulullah tentu saja
tidak salah dalam hal ini karena pada kesempatan lain Rasulullah SAW bersabda
bahwa mendahului uluk salam itu lebih baik dari pada didahului sebagaimana
diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad. Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam
Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda bahwa mendahului beruluk salam dapat menghilangkan
takabur.
Dari ketiga bukti itu saja, sudah
cukup kuat untuk menarik kesimpulan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang
sangat rendah hati sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Maulid Al-Barzanji ini.
Bukti-bukti lain tentu masih sangat banyak baik sebagaimana dikisahkan dalam
kitab ini maupun dalam kitab-kitab lainnya.
Mudah-mudahan kita semua dapat
meneladani Rasulullah SAW dalam hal kerendahan hati apapun kedudukan kita dalam
kehidupan kita sehari-hari di masyarakat. Kerendahan hati tidak pernah membuat
kita jadi rendah. Justru yang terjadi Allah akan mengangkat derajat kita di
sisi-Nya. Sekali lagi, mudah-mudahan Allah SWT memudahkan kita meneladani
beliau. Amin ya rabbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar