Iman dalam pengertian :
التَّصْدِيْقُ الجَازِمُ بِمَا جَاءَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Yaitu pembenaran hati kita secara
mantap terhadap seluruh ajaran yang dibawa oleh Baginda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
Dan takwa dalam pengertian :
امْتِثَالُ أَوَامِرِ اللهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ سِرًّا
وَعَلَانِيَّةً ظَاهِرًا وَبَاطِنًا
Kita melaksanakan segala perintah
Allah subhanahu wa ta’ala dan kita menjauhi segala
larangan-Nya. Sirran wa alâniyatan. Baik sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan. Dhâhiran wa bâtinan. Lahir maupun batin. Dilihat maupun tidak
dilihat orang. Dipuji maupun tidak dipuji orang. Kita tetap melaksanakan apa
yang diwajibkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada kita. Wasiat
ini bukanlah sekadar wasiat rutin yang disampaikan para khotib di mimbar Jumat,
namun menurut Imam al Haddad, dalam kitab an-Nashaih ad-Diniyyah,
wasiat takwa adalah:
وَصِيَّةُ اللهُ رَبُّ الْعَالمَين لِلأَوَّلِيْنَ وَالأخِرِيْن
وَالسَّابِقِيْنَ وَاللَّاحِقِيْنَ
Wasiat Allah subhanahu wa
ta’ala Tuhan semesta alam bagi orang-orang dahulu, sekarang maupun
yang akan datang. Semoga Allah Ta’al a menerima ketakwaan kita baik yang wajib
maupun yng sunnah. Amin ya Robbal Alamin.
Dalam buku berjudul Cahaya karya
al Imam al Habib Abu Bakar bin Hasan Al Athas Azzabidi, disebutkan pernah
terjadi dialog antara Allah ta’ala dengan Nabiyullah Dawud Alaihissalam. Yaitu
Nabiyulloh Dawud Alaihissalam bertanya kepada Allah ta’ala: “Ya Allah, nikmat
apakah yang kecil di sisi-Mu?”. Allah ta’ala menjawab, “Napas yang kamu hirup
sehari-hari adalah nikmat yang kecil di sisi-Ku”. Bayangkan, napas yang kita
hirup sehari-hari, yang menjadi oksigen bagi kita, bagi Allah ta’ala adalah
nikmat terkecil. “Lalu nikmat apakah yang paling terbesar di sisi-Mu?” Tanya
Nabi Daud lagi. “Diciptakannya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam” jawab
Allah ta’ala.
Tak heran, jika dalam hadist
Qudsi dikatakan:
لَوْلَاكَ لَوْلَاكَ يَا مُحَمّد لما خَلَقْتَ الأَفْلَاك
Artinya: Jika bukan karena engkau
wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini.
Kelahiran Nabi Muhammad
shalllallahu alaihi wasallam, memang anugerah dan kado terindah bagi umat
manusia dari Allah yang wajib kita syukuri.
Allah ta’ala berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ
رَسُولًا
Artinya: “Sungguh-sungguh Allah
ta’ala telah memberikan karunia bagi orang-orang beriman tatkala Dia mengutus
bagi mereka seorang Rasul”. (QS Ali Imran: 164)
Hari berganti hari, bulan
berganti bulan, tahun berganti kita tahun, tak terasa kita sudah memasuki bulan
Rabi’ul Awwal, bulan kelahiran Baginda Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam.
Seorang Rasul yang diutus untuk membawa rahmat dan kasih sayang bagi manusia
dan semesta alam. Rahmatan lil ‘alamîn.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam menyeru kepada seluruh umat manusia ke jalan Allah subhanahu
wa ta’ala. Jalan kebenaran. Jalan tauhid. Jalan yang lurus. (as-Sirotul
mustaqim). Yaitu jalan orang-orang yang telah diberikan nikmat oleh Allah
ta’ala, dari para Nabi dan Rasul, dan orang-orang terdahulu yang solih. Yaitu,
jalan Islam.
Semua Nabi dan Rasul terdahulu,
aqidahnya sama tidak boleh kita beda-bedakan.
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَهُمْ أَيْ فِي اْلعَقِيْدَة
Sejak Nabiyullah Adam
‘alaihissalam, hingga Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, mereka
menyerukan kalimat Tauhid untuk mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala.
La Ilaha Illallah. Meski syari’atnya berbeda-beda, pada akhirnya, semua
syari’at para Nabi dan Rasul terdahulu disempurnakan oleh syariat Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam. Yang berat diringankan. Yang susah menjadi mudah.
Itulah ciri khas syariat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam membawa agama Islam. Yaitu agama yang diridhai oleh Allah subhanahu
wa ta’ala.
Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Artinya: “Sesungguhnya agama yang
diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala adalah al Islam.”
(QS Ali Imran: 19)
Syekh Nawawi Banten, dalam
Tafsirnya, Marah Labid fi Tafsiril Qur’anil Majid (Juz 1
halaman 91) mengatakan bahwa pengertian ayat tersebut adalah bahwa tidak ada
agama yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala kecuali
Islam, yaitu agama tauhid dan syari’at yang mulia yang pernah ditempuh oleh
para Rasul terdahulu. Turunnya ayat ini karena ada klaim agama-agama lain,
yaitu Yahudi dan Nasrani, yang merasa lebih baik, lebih benar, dan lebih utama
dibandingkan Islam.
Semoga kita diberikan Allah subhanahu
wa ta’ala kekuatan dan istiqomah dalam mengikuti ajaran Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Meneladani jejak kehidupannya yang penuh
cahaya ilmu dan hikmah. Banyak bershalawat kepadanya. Dalam diri Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam sungguh terdapat suri teladan yang baik dan patut
dicontoh. Kecuali kekhususan-kekhususan yang melekat pada dirinya, semua ucapan
dan tindakan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam adalah untuk diikuti.
Sebagaimana dikatakan Syekh Abdul Hamid Hakim dalam kitab ushul fiqih Mabadi
Awwaliyah:
الأَصْلُ فِي أَفْعَالِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الاِقْتِدَاءُ إِلَّا مَا دَلَّ الدَّلِيْلُ عَلَى اخْتِصَاصِهِ
“Hukum asal segala perbuatan Nabi
adalah untuk diikuti kecuali ada dalil yang mengkhususkannya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar